## Assalamu'alaikum... Welcome to Hacigo's Blog! ##
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Agustus 2010

Setitik Terang di Darul Huda

8 komentar
Lambaian senja segera mempertemukan terang pada malam. Siluet jingga diatas sana membuat sang biru tampak merona. Samar, kutangkap syahdu lantunan adzan di telinga. Kupercepat langkahku menuju masjid kecil di desaku.

Sepanjang jalan itu kulalui dengan hati resah. Tadi pagi, orangtuaku begitu gembira menyampaikan berita bahwa aku diterima di salah satu PTN. Bukan aku tak senang, hanya saja setelahnya berkeliaran masalah biaya pendidikan yang masih tanda tanya dipikiranku. Beasiswa yang kuajukan di sekolah belum ada kabarnya.

Adzan telah hampir selesai dikumandangkan. Setengah berlari aku menuju masjid. Sesampainya di halaman masjid, aku melihat seorang gadis berjilbab biru panjang. Akhwat. Sekilas wajahnya kutatap, teduh. Tampaknya ia bukan orang desa sini. Dia bersama seorang ibu, mungkin ibunya. Sepertinya keduanya agak ragu memasuki masjid.

Kulihat akhwat itu mendekati Ilham, bocah kecil penduduk disini yang kala itu sedang bersandar di pilar masjid.

“Dik, apa disini ada mukena?”

Kudengar lembut suaranya bertanya pada Ilham.

“Ada” ujar Ilham.

Akhwat itu tersenyum. “Terima kasih, ya” ujar akhwat itu. Ia bersama ibu itu lantas bergegas menuju tempat wudhu. Saat itu akupun tengah buru-buru masuk karena sholat telah akan dimulai.

***

Minggu, 02 Mei 2010

One Day For Love

14 komentar
Hari itu mungkin adalah hari terakhirku melihatnya. Dia yang tertawa ceria sambil mencorat-coret seragam putih abu-abunya di hari pengumuman kelulusan. Aku melihatnya, samara di tengah kerumunan teman-teman yang juga sibuk mencorat-coret dan mewarnai seragam mereka dengan pilok. Takjub. Seolah aku berada di tengah kerumunan itu dan tertawa bersamanya, padahal aku duduk menepi di bawah pohon dengan seragam yang masih putih bersih.

Kubuka sebuah buku dari dalam tasku. Disitu, aku pernah menulis sesuatu… “kebodohan yang sama! Lagi… dan lagi! Dia yang pernah menjadi batasan hati, bisakah membantuku kali ini? Aku tak mau lelap bersama mimpi, bangunkan aku, tunjukkan yang nyata ke hadapku, kali ini benar-benar kuserahkan padamu…” tertulis 12 April. Hmmm… aku menulis kalimat itu untuknya. Untuk dia yang dulu kucinta. Untuk dia yang pernah membuat batas dihatiku atas cinta yang lain… kubilang, aku ini bodoh. Suka padanya kuanggap sebagai suatu kebodohan.

Selasa, 13 April 2010

Sunrise

3 komentar
Hari-hari itu terasa sangat berat Ia jalani. Senyumnya memudar, cerianya pun hilang tak berbekas. Hanya wajah sayu nan pucat dan suaranya yang lemah yang menyapaku tiap kali aku menemuinya.

Fathia, nama itu yang senantiasa membuat hatiku pilu kala mengingatnya. Tentangnya, tentang air matanya yang tak pernah bisa ku hapus. Tentang kerapuhan tubuhnya yang tak pernah mampu aku kuatkan walau dalam dekapan.

Setahun yang lalu, sahabatku itu dinyatakan mengidap kanker ganas diotaknya. dan vonis hidup yang dijatuhkan padanya adalah kurang dari setahun. Suatu kenyataan yang melumpuhkan semangat hidupnya seketika.
## Nani Nuraini ##
Campur Asri, Baradatu, Way Kanan, Lampung