## Assalamu'alaikum... Welcome to Hacigo's Blog! ##

Selasa, 13 April 2010

Persinggahan Hati

Dayung-dayung cinta mulai menggerakkan perahu kecil ini. Kayuhan-kayuhan sampan nan lembut dan semilir angin yang membisikkan kata cinta mengajakku singgah pada satu hati.

Cinta. Sebuah kata yang ku eja dengan degup jantungku, dan derai keindahan yang membutakan… menjerat… memperdaya… dan melekat erat hingga tak mudah dilepaskan.

Kutegaskan, aku tidak pacaran dengannya. Tidak juga menjalin suatu hubungan yang lebih dari sekedar teman. Tidak. Aku tahu hijab antara aku dengannya dan aku takkan mencoba melewati batasan itu.

Cinta. Seringkali hatiku membisikkan kata yang mungkin dihembuskan oleh syetan. Yang mencoba mempertemukanku pada peraduan cintaku. Pada hati yang kusinggahi, hingga tercipta angan… mimpi dan harapan semu. Ya, semua itu semu. Dan aku percaya pada kesemuan cinta itu, padahal cinta yang nyata selalu menaungiku dengan kasihNya.


Dia pernah berkata, “Selama belum ada ikatan sah antara laki-laki dan perempuan, maka cinta diantara mereka adalah semu… dan yang berperan mempersatukan keduanya adalah syetan. Syetan membuat semuanya menjadi indah dengan kata cinta. Dan yang seperti itu bukan cinta, melainkan nafsu”.

Aku merasa terlalu hina untuk mendekap cinta itu. Aku terlalu bodoh untuk mengerti dan terlalu egois untuk memahami… tak seharusnya kutanam bernih cinta itu dihatiku… dihatinya… hingga kini lara yang harus ku tuai karena aku dan dia tak mungkin bersama lantaran kami masih SMA.

“Ini masa remajamu yang tak akan pernah terulang lagi…”
“Bersenang-senanglah selagi kau bisa…”
“Lihatlah, dia juga suka padamu…”

Bisikan-bisikan syetan turut serta memeriahkan cinta itu. Meraja. Menguasai hati dan pikiran. Menyiksa. Seolah aku ini tawanan dalam penjara.

Ahh, aku ini bukan sejatinya ikhwan, sedangkan dia permata yang berkilauan. Singgah di hatinya adalah karunia bagiku, tapi mungkin petaka baginya.

Dilema cinta, semestinya tak pernah menjadi pertanyaan dalam hatiku. Cinta semu. Cinta yang tak pasti bahagia, ataukah kecewa pada akhir kisahnya. Cinta yang membuatku membagi cintaNya dengan sadar. Cinta yang lebih membuatku perih ketimbang bahagia. Cinta itu, seharusnya berbatas. Seharusnya… ahh, seabrek teori cinta ala islam, tak satupun yang mampu ku aplikasikan. Ikhwan seperti apa aku ini? Tak bisa menjaga hati… malah mengotori hatinya yang kucinta. Terkadang aku merasa lebih buruk dari manusia terburuk didunia. Munafik, mungkin. Aku tak bisa elakkan virus cinta yang kini merambah memenuhi ruang hati. Bagiku ini sangat menyebalkan! Huuh… adakah obatnya?

Sungguh menyesal aku telah mengotori hatinya. Membuatnya bimbang dan meragukan hati yang selama ini dijaganya. Tapi… benarkah semuanya ini salahku? Mana aku tahu aku bisa jatuh cinta padanya? Aku tidak mengatur hatiku untuk itu. Semua itu terjadi begitu saja. Bukan mauku terpenjara oleh hatiku sendiri.

Sebenarnya aku benci saat harus bertempur melawan pikiranku tentangnya. Aku benci, saat konsentrasiku terganggu karena bayangnya. Aku benci, saat hati ini bertanya, sedang apakah dirinya saat ini…? Sejuta pertanyaan, namun tak satupun ada jawaban. Kenapa jadinya seperti ini? Haruskah begini? Bodoh sekali… andai ku bisa memilih untuk tidak memiliki rasa itu padanya…

Huff… aku tahu aku salah. Saat cinta itu datang, aku tidak menebas habis cinta itu hingga ke akarnya. Aku malah membiarkannya, memupuk dan memanjakannya. Hingga cinta itu menderaku. Membuatku jatuh.

Rabb, Engkau mengujiku dengan cara yang teramat indah. Aku akui, semua itu memang indah... meski juga menyakitkan buatku... Rabb, kumohon hentikan bayang-bayangnya yang senantiasa hadir... senyumnya, suaranya... dan segala tentangnya...

Mungkin… kisah ini akan kusesali suatu hari nanti. Kisah yang membuatku perih. Tapi biarlah, kuyakini kebesaran Allah, jika jodoh ia takkan pergi jauh. Jadi sekarang, biar kuusaikan persinggahanku. Dan berlayar lagi mengarungi kehidupanku.

1 komentar:

  1. Tulisannya bagus banget kak. Bahasanya lembut dan berani. Seharusnya aku yang nulis ini. Tulisannya buat aku ngerenung dan melihat diriku. Makasih ya dah nulis ini. Semuanya yg ditulis bener... Jempol buat hacigo, tulisannya jauh lebih bagus dari aku. :k1 :a4 :k4

    BalasHapus

Yuk buat kamu yang udah baca, tinggalin komentar ya...

## Nani Nuraini ##
Campur Asri, Baradatu, Way Kanan, Lampung